Sebagai seorang pengusaha, memilih bank yang tepat adalah keputusan strategis yang tak boleh dianggap remeh. Berbagai jenis bank dengan layanan dan produk yang berbeda-beda tentu membuat Anda bingung. Jangan khawatir, artikel ini akan mengupas tuntas tentang apa yang dimaksud dengan buku bank, perbedaannya dengan KBMI, serta implikasinya bagi bisnis Anda.
Klasifikasi bank adalah suatu sistem penggolongan bank berdasarkan ukuran aset, modal, dan jenis kegiatan usaha. Klasifikasi ini penting karena mencerminkan tingkat kesehatan, kompleksitas, dan risiko yang melekat pada setiap bank. Dengan memahami penggolongan bank, Anda dapat memilih bank yang memiliki tingkat keamanan yang sesuai dengan kebutuhan bisnis Anda.
Mengenal Istilah KBMI dan BUKU Bank
Klasifikasi Bank berdasarkan Modal Inti (KBMI) merupakan pengelompokan bank berdasarkan besarnya modal inti yang dimiliki. Bank-bank dalam klasifikasi ini memiliki karakteristik khusus dan mendapatkan perlakuan berbeda dalam hal pengawasan dan pengaturan. Bank dengan klasifikasi ini biasanya merupakan bank-bank besar dengan aset yang sangat besar dan kompleksitas kegiatan usaha yang tinggi.
Sementara BUKU (Bank Umum Kelompok Usaha) merupakan kelompok bank yang diklasifikasikan berdasarkan besarnya modal inti. Klasifikasi BUKU ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan perbankan nasional dan mendorong terciptanya persaingan yang sehat.
Klasifikasi BUKU Menurut Bank Indonesia
Berdasarkan modal intinya, Bank Indonesia membagi bank umum menjadi empat kelompok BUKU. Berikut adalah penjelasannya:
BUKU 1 yaitu bank yang memiliki modal inti paling kecil dengan ukuran kurang dari Rp1 triliun. Biasanya merupakan bank-bank regional atau bank-bank yang fokus pada segmen pasar tertentu.
Bank BUKU 2 memiliki modal inti yang lebih besar, yakni antara Rp1 triliun hingga Rp5 triliun. Bank-bank dalam kelompok ini umumnya memiliki jaringan cabang yang lebih luas dan menawarkan produk perbankan yang lebih beragam.
BUKU 3 yaitu bank yang memiliki modal inti dengan rentang Rp5 hingga Rp30 triliun. Bank-bank dalam kelompok ini biasanya merupakan bank nasional dengan jaringan cabang yang sangat luas dan menawarkan berbagai macam produk dan layanan perbankan.
BUKU 4 yaitu bank yang memiliki modal inti paling besar (lebih dari Rp30 triliun) dan kompleksitas kegiatan usaha yang tinggi. Bank-bank dalam kelompok ini biasanya memiliki kegiatan usaha yang sangat luas, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Emittent dan Jenis Kegiatan Menurut BUKU
Dalam pembahasan tentang kelompok bank berdasarkan modal inti (BUKU), kata "emiten" biasanya mengacu pada bank itu sendiri. Namun, karena setiap kelompok BUKU memiliki karakteristik yang berbeda, maka jenis kegiatan usaha dan skala emitennya pun berbeda-beda.
Agar kita lebih memahami perbedaan antar bank, mari kita cermati secara detail setiap kelompok BUKU.
BUKU 1:
Emittent: Biasanya merupakan bank-bank kecil atau regional dengan skala bisnis yang lebih terbatas.
Jenis Kegiatan: Fokus pada kegiatan perbankan tradisional seperti penghimpunan dana dan penyaluran kredit di wilayah operasionalnya. Kurang sering berpartisipasi dalam kegiatan yang bersifat kompleks seperti investasi perbankan atau pasar modal.
BUKU 2:
Emittent: Skala bisnisnya lebih besar dibandingkan BUKU 1.
Jenis Kegiatan: Selain kegiatan perbankan tradisional, bank BUKU 2 juga dapat terlibat dalam kegiatan lain seperti pembiayaan, kartu kredit, dan transaksi perbankan elektronik.
BUKU 3:
Emittent: Merupakan bank-bank besar dengan jaringan cabang yang luas.
Jenis Kegiatan: Kegiatan usahanya sangat beragam, mulai dari perbankan komersial, investasi, hingga layanan perbankan internasional. Banyak bank BUKU 3 yang juga menjadi emiten di bursa saham.
BUKU 4:
Emittent: Bank-bank besar yang sangat berpengaruh di pasar, dengan portofolio bisnis yang sangat luas.
Jenis Kegiatan: Kegiatan usahanya sangat luas, mencakup hampir semua jenis layanan keuangan, seperti perbankan universal, sekuritas, asuransi, dan pengelolaan dana pensiun. Biasanya merupakan bank-bank multinasional dengan jaringan cabang yang sangat luas.
Klasifikasi Bank KBMI Menurut OJK
Sebelum adanya KBMI, Indonesia menggunakan sistem klasifikasi bank yang disebut BUKU (Bank Umum Kelompok Usaha). Sistem BUKU mengklasifikasikan bank berdasarkan modal inti dan jenis kegiatan usaha. Namun, seiring dengan perkembangan industri perbankan yang semakin dinamis dan kompleks, sistem BUKU dianggap kurang mampu mengakomodasi perubahan-perubahan yang terjadi.
Melihat adanya kelemahan pada sistem BUKU, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kemudian melakukan kajian mendalam dan memutuskan untuk melakukan perubahan sistem klasifikasi bank.
Simak 4 kelompok KBMI menurut OJK berdasarkan besaran modal intinya:
KBMI 1 merujuk pada kelompok bank yang memiliki modal inti paling banyak Rp6 triliun. Bank-bank dalam kelompok ini biasanya berukuran lebih kecil dan melayani kebutuhan spesifik segmen pasar tertentu.
KBMI 2 merujuk pada kelompok bank yang memiliki modal inti di atas Rp6 triliun namun tidak melebihi Rp14 triliun. Bank dalam kelompok ini memiliki skala yang lebih besar dibandingkan KBMI 1 dan biasanya sudah memiliki jaringan cabang yang cukup luas.
KBMI 3 merujuk pada kelompok bank yang memiliki modal inti di atas Rp14 triliun namun tidak melebihi Rp70 triliun. Bank dalam kelompok ini adalah bank-bank besar dengan jaringan cabang yang sangat luas dan menawarkan berbagai macam produk dan layanan perbankan.
KBMI 4 yaitu bank yang memiliki modal inti dengan nominal lebih dari Rp70 triliun. Dengan daya pinjam sebesar ini, bank pada kelompok memiliki pengaruh yang krusial dalam sistem keuangan nasional. Dilansir dari artikel Finansial, hanya ada 4 bank yang memiliki kekuatan modal inti sebesar ini di Indonesia, yaitu BRI, BCA, BNI, dan Bank Mandiri.
Bagaimana Klasifikasi Bank Mempengaruhi Penyediaan Layanan Keuangan?
Pengaruh pengelompokkan bank berdasarkan modal inti ini tentu memiliki rupa yang berbeda. Bank dengan modal inti yang lebih besar umumnya memiliki kapasitas yang lebih besar untuk menyalurkan kredit, memberikan layanan yang lebih inovatif, dan memiliki jaringan cabang yang lebih luas. Sebaliknya, bank dengan modal inti yang lebih kecil mungkin lebih fokus pada segmen pasar tertentu dan menawarkan produk perbankan yang lebih terbatas.
Jika dideskripsikan pengaruh klasifikasi bank terhadap tiap pemangku kepentingan (stakeholders). Maka implikasinya menjadi bermacam-macam. Misanya, jika Anda adalah pihak bank, maka klasifikasi bank dapat mempengaruhi akses bank terhadap pendanaan, tingkat persaingan, dan persyaratan regulasi yang harus dipenuhi.
Lalu, jika Anda adalah seorang nasabah, maka klasifikasi bank dapat memberikan informasi mengenai kesehatan dan stabilitas suatu bank. Anda dapat memilih bank yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi Anda berdasarkan kelompok BUKU atau KBMI.
Sementara jika Anda bertindak mewakili pihak pemerintah, klasifikasi bank memungkinkan badan pengawasan keuangan (dalam hal ini adalah OJK) untuk melakukan pengawasan yang lebih efektif dan menjaga stabilitas sistem keuangan.
Konsultasi mengenai Klasifikasi Bank dengan SPE Solution
Memahami klasifikasi bank sangat penting bagi para pelaku bisnis, terutama dalam memilih bank yang tepat untuk memenuhi kebutuhan bisnis. Dengan mengetahui perbedaan antara KBMI dan BUKU, klasifikasi BUKU menurut Bank Indonesia, dan klasifikasi KBMI menurut OJK, Anda dapat membuat keputusan yang lebih baik dalam memilih bank yang akan menjadi mitra bisnis Anda.
Untuk memastikan bisnis Anda tetap kompetitif, diperlukan pemahaman yang mendalam tentang regulasi ini. SPE Solution menawarkan layanan konsultasi yang dapat membantu Anda menavigasi kompleksitas regulasi KBMI dan mencapai tujuan bisnis Anda. Hubungi SPE Solution sekarang juga!
Kommentare